Sabtu, 11 September 2010
Perkembangan Anak Usia Dini Dilihat Dari Teori Kognitif, Psikoanalitis, Moral Dan Proses Pembelajaran
Oleh : Ocha Dezas
A. Teori cognitive
Teori
Cognitive berasal dari kata cognition yang berarti pengertian atau mengerti. Dan menurut Nessar 1976, cognitive adalah penataan, penggunaan pengetahuan atau perolehan. Kemudian istilah kognitif ini berkembang dan menjangkau wilayah psikologi manusia dengan konsep umum bahwa istilah ini lalu mencakup sikap mental yang berhubungan dengan pemahaman, memberikan, menyangka, memperhatikan, mengolahan informasi, berfikir dan bertalian dengan rasa. Jadi, kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk mengerti dan memahami, kemudian mengolah informasi yang diterima, berfikir dan menghubungkan dengan hal-hal lain (organisasi dan adaptasi), kemudian terciptalah pemecahan masalah (cognitive word).
Salah seorang tokoh teori kognitif ini adalah Jean Piaget yang lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun. Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss. Salah satu teorinya yang terkenal mengenai kognitif ini adalah bahwa manusia mengalami perkembangan kognitif dari bayi hingga dewasa, walaupun setiap individu tidak mengalami dalam jangka waktu yang sama. Ada empat tahapan perkembangan kognitif manusia yang dirunut secara kronologis, yaitu tahap sensori motor : dari umur 0 – 2 tahun, tahap pra operasi : dari umur 2 – 7 tahun, tahap operasi konkrit : dari umur 7 – 11 tahun, tahap operasi formal : 11 tahun keatas.
a. Tahap sensori motor ( 0-2 tahun)
Pada tahap awal ini, usia anak adalah antara 0 sampai 2 tahun, intelegensi anak masih berdasarkan kepada kemampuan indranya dalam memahami lingkungan seperti meraba, melihat, mendengar, membau, dan lain-lain. Anak belum dapat berfikir urut dan logis. pada tingkatan ini, kemampuan anak hanya sebatas ruang dan waktu yang terpotong-potong dan tidak teratur. Dengan kata lain, pada tahap sensorimotor ini anak mampu memahami informasi sebatas kemampuan panca indranya.
Untuk lebih jelasnya, dalam rentang waktu 0 sampai 2 tahun, berikut penjabaran periode perkembangan kemampuan anak :
b. Tahap pra operasi ( umur 2 – 7 tahun)
Sensorimotor mulai berkembang pada tahap ini. Anak sudah dapat berfikir logis, hanya saja egosentrism. Egosentrism maksudnya adalah anak sulit menerima pendapat orang lain dan terkadang salah menanggapi sesuatu. Mereka merasa bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga dialami oleh orang lain. Jadi, tahap pra operasional adalah tahap anak mulai kreatif, menginginkan kebebasan dan melakukan hal-hal yang menurut mereka menyenangkan.
Tahap pra operasional ini dibagi 2, yaitu :
c. Tahap operasikonkrit (7 – 11 tahun)
Perkembangan selanjutnya adalah anak kemudian dapat membuat sistem pemikiran dalam dirinya berdasarkan peraturan-peratyran tertentu yang logis menurutnya. Mereka sudah dapat berfikir logis dan dalam dua arah. Maksudnya pemikiran yang dapat dirunut kembali ke awal. Dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini anak terpicu untuk menggunakan logika, walaupun masih terbatas, sepanajang ada contoh nyatanya.
d. Tahap operasi formal (di atas 11 tahun)
Pada tahap ini, pemikiran logis anak sudah berkembang dan mereka sudah mulai berfikir teoritis. Mereka mulai berteori berdasarkan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan sendiri. Kemudian, anak pun sudah mulai berfikir abstrak dalam kurun waktu usia di atas 11 tahun ini. Jadi dengan kata lain, pemikkiran sudah mulai berkembang dari konkrit kepada abstrak.
Piaget pun menyatakan beberapa sifat dari tahap operasi formal ini, yaitu :
Dapat disimpulkan bahwa teori kognitif yang dimotori oleh Jean Piaget adalah terori yang berisi perkembangan pemikiran manusia dari usia 0 – diatas 11 tahun dengan tahap-tahap perkembangangnya mengenai pengertian, pemahaman, proses berfikir dan pemecahan masalah. Secara umum, Piaget membagi proses cognitive menjadi 2, yaitu organization dan adaptation, dan secara khusu mengelompokkan tahap perkembangan manusia menjadi empat yaitu tahap sensori motor ( 0 – 2 tahun), tahap pra operasi (2 – 7 tahun), tahap operasi konkrit (7 – 11 tahun) dan tahap operasi formal (11 tahun keatas). Namun terkadang perkembangan ini tidak berlaku secara statis dalam kajian waktu, setiap anak bisa saja berbeda pengalaman usia dengan tahap perkembangan.
B. Teori psychoanalytic
Teory
a. Teori Sigmund Freud
Teori psycoanalitik adalah teori yang memuat penguraian jiwa atau kejiwaan manusia. Salah satu ahli atau psycoanalis adalah Sigmund Freud. Freud dilahirkan di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Walaupun Freud adalah seorang dokter ahli syaraf, namun teori-teorinya kemudian dipakai dalam mempelajari perkembangan jiwa dan mental manusia.
Pada dasarnya, teori Freud menyatakan bahwa manusia mempunyai sifat deterministic atau telah ditentukan. Ajaran psikoanalitik ini pun berpendapat bahwa perilaku seseorang lebih rumit dari apa yang dibayangkannya, sehingga manusia tersebut harus mengendalikan dorongan agresifnya sendiri yang menunjukkan personality atau kepribadiannya. Selanjutnya, Freud mengidentifikasi tiga struktur kepribadian manusia, yaitu:
Id adalah struktur dasar manusia yang system kerjanya berdasarkan kesenangan dan kenikmatan semata. Id tidak mempunyai acuan, buta, banyak tuntutan dan berkehendak. Dalam id terdapat instink. Id juga merupakan sumber utama energy psikis.
Ego adalah bagian struktur kepribadian manusia yang bertugas melaksanakan, menjaga agar Id tetap pada jalurnya atau tidak melanggar aturan dan norma, kemudian juga sebagai penengah antara instink dan dunia luar.
Struktur terakhir dari kepribadian manusia adalah superego. Superego inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya karena superego mengendalikan diri seorang manusia sehingga manuasi adapat membedakan mana benar dan salah, baik dan buruk serta boleh atau tidaknya. Superego bertindak sebagai filter yang ideal, yang patuh pada aturan dan norma.
Contoh hubungan id, ego, dan superego: Jika seseorang lapar (id), dia berusaha mencari makanan(ego), namun ketika ada kesempatan mencuri makanan dia lebih memilih untuk tidak mencuri (superego).
Poin penting lainnya dari Sigmund frued adalah bahwa manusia dilahirkan dengan dorongan biologis yang harus diarahkan kembali agar dapat hidup bermasyarakat. Freud pun mengelompokkan manusia berdasarkan usia perkembangan psikoseksualnya, yaitu :
Tahapan Psikoseksual (Freud)
§ Oral (0- 18 bulan)
Pada usia 0 sampai 18 bulan, anak memiliki kenikmatan utama pada mulutnya, seperti menggigit mainan, memasukkan jari tangan ke mulut, dan menelan. Kegiatan seperti itu dipercaya dapat menurunkan bahkan menghilangkan ketegangan anak.
§ Anal ( 1,5 Tahun – 3 Tahun )
Tahap ini menunjukan bahwa pada usia 1,5 tahun sampai 3 tahun anak melakukan toilet training dimana kepuasannya berada di daerah anal.
§ Falik ( 3 Tahun – 6 Tahun )
Pada usia 3 sampai 6 tahun akan telihat kecenderungan anak laki-laki lebih dekat pada ibunya, dan anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya.
§ Laten ( 6 Tahun – Pubertas )
Tahap selanjutnya adalah Laten dimana seorang anak memiliki ketenangan seksual setelah mengalami tahapan yang lebih bersemangat dan bergelora. Mereka mengembangkan kreativitas dan belajar bersosialisasi.
§ Genital ( Pubertas – Dewasa )
Anak dapat diterima dilingkungannya karena dorongan seksual yang tertekan pada masa falik muncul kembali dan Freud menyebutnya Heteroseksual.
b. Teori Erik Ericson
Psikoanalis lain yang terkenal dengan teori psikoanalitik adalah Erik Erikson (1902-1994). Ada beberapa perbedaan antara teori Freud dan Erikson. Pertama, Freud lebih fokus kepada psikoseksual manusia, sedangkan Erikson lebih mengacu kepad psikososial. Kedua, Freud berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan dilima tahun pertamanya, sedangkan Erikson menekankan perubahan perkembangan mental manusia disepanjang kehidupan manusia. Lebih jauh lagi, jika Freud membagi tingkat perkembangan manusia menjadi 5 tahap, Erikson memperkenalkan 8 tahap perkembangan kejiwaan manusia berdasarkan usia. Delapan tahap tersebut ialah :
a) Trust Vs Untrust (0-1 tahun)
Pada tahun pertama kelahiran, seorang manusia akan sangat membutuhkan orangtuanya, tempat untuk berlindung, meminta makan, kenyamanan dan sebagainya. Anak akan selalu mengharapkan kehadiran orangtuanya.
b) Autonomi Vs Shame (1-3 thaun)
Anak akan mempunyai rasa merdeka atau dapat berdiri sendiri dan jika dia tidak bisa melakukan sesuatu, dia akan merasa ragu akan kemampuannya bahkan merasa malu.
c) Inisiatif Vs Rasa bersalah (3-6 tahun)
Pada tahap ini, anak akan mulai mencoba hal-hal baru dan tidak takut akan rasa bersalah. Anak mulai berasumsi tentang dirinya, tubuhnya, dan segala sesuatu pada dirinya, dan kemudian memicu timbulnya rasa tanggung jawab sehingga meningkatkan inisiatif,
d) Indusri Vs Inferiority (7-12 tahun)
Ciri umum anak pada tahap ini adalah Anak mulai dapat mengembangkan kreativitas dan bakatnya, sebaliknya jika tidak bisa akan memiliki perasaan yang tidak kompeten.
e) Identitas Vs Kekacauan identitas (13-19 tahun)
Di usia remaja ini, anak berada dalam masa pencarian jati diri, apakah akan mejadi baik atau sebaliknya.
f) Intimasi vs Isolasi ( Dewasa Awal, sekitar 20-34 tahun)
Manusia pada tahap ini akan mencoba berhubungan dengan orang lain yang ada dilingkungannya, dan apabila tidak berhasil dia akan menutup diri.
g) Produktivitas vs Stagnasi ( DewasaTengah, sekitar 35-65 )
Menurut Erikson, ini adalah masa emas kehidupan. Dan manusia akan cenderung membangun dan mengarahkan generasinya menjadi lebih baik. Atau jika bukan masa keemasan maka berlaku sebaliknya, manusia tersebut merasa tidak percaya diri.
h) Integritas Ego vs Putus Asa ( Dewasa Akhir, diatas 65 tahun)
Pada tahap akhir dari pembagian Erikson ini dapat dianalogikan seperti masa panen, jika panen berhasil maka buahnya akan banyak, yang artinya sama seperti seseorang menikmati keberhasilannya atau jika panen gagal maka sama halnya orang tersebut tidak berlaba dan merasa putus asa terhadap hidupnya.
Dengan kata lain, perbedaan teori psikoanalitik Sigmund Freud dan Erik Erikson adalah bahwa Freud lebih menekankan pada pengalaman di masa kanak-kanak dapat membentuk kepribadian secara permanen sedangkan Erikson menyatakan perkembangan ego yang diaplikasikan di lingkungan masyarakat bersifat seumur hidup.
C. Learning And Information Processing
Teori
Proses pembelajaran pada poin ini adalah perubahan sikap yang permanen yang terjadi melalui pengalaman. Dengan kata lain, pengalaman yang berarti bagi seseorang kemudian meresap kedalam pikirannya, dan tercermin dari sikap serta tingkah lakunya.
Classical conditioning (Ivan Pavlov)
Manusia akan cepat mencerna dan memahami sesuatu jika dia diberi pengalaman nyata. Contohnya: anak umur 2 tahun tidak akan mau menyentuh bunga setelah tersengat lebah yang keluar dari bunga sebelumnya. Anak ini sudah mendapatkan pengalaman bahwa menyentuh bunga, tangannya akan digigit dan sakit.
Operant conditioning (Burrhus Frederick Skinner)
Maksudnya adalah bentuk pembelajaran dimana anak melakukan sesuatu karena ingin mendapat pujian atau menghindari sesuatu agar tidak dihukum. Konsekuensi dari sikap dan tingkah laku mereka berupa reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman). Dalam perspektif teori Skiner reinforcement perlu diberikan secara terus menerus maupun secara selang-seling dalam jangka waktu tertentu agar diperoleh hasil belajar yang memadai. Pemberian reinforcement biasanya dilakukan pada awal proses belajar, yaitu ketika seseorang memberikan respons belajar secara benar.
Habituation
Pada dasarnya, habituation disini maksudnya adalah anak belajar karena terbiasa. Contohnya anak dibiasakan mengucapkan salam ketika sampai disekolah dan mencium tangan guru, kemudian anak menjadi terbiasa dan melakukannya setiap hari.
Imitation (Albert Bandura)
Teori ini menjelaskan bahwa anak belajar dari orang lain, mereka mencontoh orang-orang yang mereka lihat , khususnya orang terdekat mereka. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak.
Sikap, Individu dan Lingkungan
Ketiga komponen ini saling terkait satu sama lain. Menurut Bandura (1986,1989), pembelajaran sosial mencakup tingkah laku, kognitif dari individu tersebut, serta lingkungannya. Jika lingkungan baik, maka akan mempengaruhi tingkah laku serta kognitif anak, jika anak mempunyai tingkah laku yang baik, dia akan disenangi lingkungan dan kognitifnya juga akan bagus, jika kognitif anak bagus maka sikapnya pasti juga bagus dan disukai oleh lingkungan. Jadi dengan kata lain, ketiga bagian ini berhubungan erat dan saling mempengaruhi.
Biological and Cultura Infuences On Learning
Ada dua faktor yang juga mempengaruhi proses belajar anak,yaitu biological dan cultural. Biological disini maksudnya adalah genetik yang dibawa anak sejak lahir. Genetic ini juga sangat berpengaruh besar saat proses pembelajaran. Anak yang terlahir dari orangtua yang pintar, dan dikategorikan genetik yang bagus, maka dia akan lebih cepat mengerti dan memahami pelajaran dibanding anak yang orangtuanya biasa-biasa saja. Selain dari itu, budaya juga menyumbang keberhasilan anak. Budaya yang bagus adalah budaya yang tidak membatasi anak untuk berkreasi, bebas melakukan apa yang mereka inginkan dan bebas memilih masa depan, dengan catatan selama keinginan mereka tidak diluar batas kebenaran.
Information processing
Proses penerimaan informasi juga harus dipertimbangkan, metode dan teknik mana yang cocok serta sesuai dengan level, tingkat dan usia anak.
Elementary cognitive process
Proses kognitif dasar anak ada dua yaitu perhatian dan memori.
1. Perhatian : proses ketika guru menarik minat dan perhatian anak, bisa dengan humor-humor segar, ekspresi yang menyenangkan dari guru, media ynag menarik dan sebagainya.
2. Memori:
a. Memori jangka pendek : data yang diingat hanya dalam 30 detik saja.
b. Memori jangka panjang : sistem memori yang permanen.
Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ingat/memori:
Higher Order Cognitive Process
Poin ini maksudnya adalah proses anak yang mengerahkan sedikit usaha dan menyelesaikan aktifitas baru mereka dengan cepat
- Pemecahan masalah : guru dapat memberikan pemecahan masalah atau solusi yang tidak tersedia sebelumnya.
- Memonitor kognitif : guru dapat memonitor anak dengan mengingatkan kembali pengalaman anak yang ada hubungannya dengan topik atau materi saat itu.
- Berfikir kritis : guru dapat mnegarahkan anak dengan cara mengambil makna terdalam dari masalah, menghubungkan serta merefleksikannya dengan materi atau topik saat itu.
D . Perkembangan Moral
1. Teori
Perkembangan moral mengacu kepada aturan-aturan yang mengatur bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Dalam membahas masalah perkembangan moral ini, para pakar membagi pembahasan menjadi tiga yaitu bagaimana anak dapat berfikir mengenai aturan kesukuan, bagaimana anak seharusnya bersikap jika dilihat dari kacamata moral, dan bagaimana perasaan anak mengenai moral itu sendiri.
a. Moral thoughts
Maksudnya adalah perkembangan kemampuan manusia dalam mempertimbangkan hal-hal yang baik atau buruk, benar atau salah dan boleh atau tidak boleh. Ada dua pakar yang mencoba menjabarkan mengenai pikiran bermoral atau moral thought ini, yaitu Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg.
Piaget membagi perkembangan moral thoughts menjadi dua yaitu:
Setelah melakukan penelitian dengan cara mewawancara beberapa anak, Kohlberg pun membagi tahap perkemabangna moral thought kedalam tiga tingkat, yakni:
ü Pra-konvensional : menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung dan pelakunya kebanyakan bersikap egosentris. Tahap ini kemudian dibagi dua pula oleh Kohlberg yaitu:
ü Konvensional (biasanya pada remaja dan dewasa) : berfokus pada kebutuhan social, mereka membandingkan peraturan dengan standar tertentu, bisa dari diri sendiri atau orang lain. Tingkatan pada tahap kedua ini ada dua, yaitu:
ü Pasca konvensional : pada level ketiga ini, manusia tersebut sudah benar-benar memahami aturan dan norma yang berlaku tidak hanya sekedar untuk kepentingan masyarakat tapi juga untuk dirinya sendiri. Kemudian, dia juga sudah bisa membedakan hal benar dan salah dengan sangat baik. Level ini dibagi pula 2 tingkatan, yaitu:
b. Moral behavior
Pada poin ini akan dibahas mengenai proses dasar perkembangan tingkah laku anak. Faktor-faktor dasarnya adalah:
c. Moral feeling
Ada dua poin penting dalam moral feeling yaitu empati dan altruism.
Ø Empati : sikap atau reaksi terhadap perasaan orang lain dengan respon penuh perasaan yang sama dengan orang tersebut (Damon 1998)
Ø Altruism : sikap yang mementingkan atau mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan sendiri (bisa disebut kedermawanan)
d. Moral Education
Pendidikan moral menjadi topik yang sedang didiskusikan para ahli saat ini. Banyak orangtua khawatir anak-anak mereka tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik dan nilai-nilai tradisi. Lebih jauh lagi, saat ini guru-guru juga melihat bahwa kebanyakan murid mereka tidak lagi mempunyai nilai tradisi atau kesukuan seperti yang telah ditakuti oleh orang tua tadi. Maka moral education akan mencoba mendiskusikannya.
Ø Kurikulum tersembunyi : adalah kurikulum yang tidak hanya memuat mengenai materi yang akan diajar saja, tapi juga termasuk media pembelajaran, suasana kelas, aturan yang diterapkan, guru, administrator, dan kepala sekolah. Sekolah harus didesain sedemikian rupa sehingga menjadi lingkungan penanaman pendidikan moral yang baik dengan memasukkan unsur-unsur tradisi, adat dan kesukuan.
Ø Pendidikan moral langsung dan tidak langsung : pendidikan moral langsung terjadi saat proses belajar mengajar (waktu, tempat yang sudah ditentukan/diatur) melalui kurikulum, sedangkan yang tidak langsung adalah pendididkan moral saat guru mendorong siswa untuk memahami aturan untuk diri mereka sendiri dan orang lain serta menerapkan konsep yang benar tentang moral itu sendiri.
Jadi, moral adalah aturan-aturan yang mengatur bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain. Orangtua dan guru harus memberikan contoh dan lingkungan yang baik bagi anak agar dapat mengembangkan moral serta kepribadian mereka kearah yang baik, karena menurut penelitian Kohlberg tidak setiap individu akan mencapai tahap tertinggi, melainkan hanya minoritas saja, yaitu hanya 5 sampai 10 persen dari seluruh penduduk, bahkan angka inipun masih diragukan. Kohlberg pun menyatakan bahwa untuk sementara waktu orang dapat jatuh kembali pada tahap moral yang lebih rendah, yang disebut sebagai "regresi fungsional". Dengan kata lain, penanaman moral yang baik harus dimulai sejak dini.
Semoga dapat berguna.... :)
_Ocha Dezas_
Langganan:
Komentar (Atom)